Senin, 28 Desember 2015

konsep dasar karakter



KONSEP DASAR KARAKTER


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan karakter

Dosen pengampu: 
Dr. Muhammad Arif, M.A 
  

  
Oleh:
Nikmatur Rohmah      ( 933611013 )


No. hp : 085643988764
JURUSAN USHULUDDIN PRODI AKHLAK TASAWUF
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2014

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia sudah tidak canggung lagi dengan mendengar istilah karakter. Karena karakter adalah sesuatu yang dapat membedakan manusia dengan binatang. Namun bebrbagai bentuk karakter manusia itu di sebabkan oleh beberapa factor dan berbagai macam konsep untuk mendalami karakter tersebut.
Dalam perkembangan zaman ini, karakter seorang individu sangat menentukan kemajuan hidup seorang individu serta negaranya. Untuk itu karakter dapat dipelajari melalui pendidikan yang khusus mempelajari karakter. Hal ini di fungsikan untuk membentuk moralitas individu dinegara kita ini yang masih sangat krisis dan lemah menjadi moral yang kuat dan juga memiliki tanggung jawab.
Karena dengan adanya krisis moral tersebut sangat mengkhawatirkan masyarakat, terutama dalam sebuah keluarga yang harus mengorbankan anaknya dalam pergaulan yang buruk dan tidak menganggap adanya nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat sekitar. Untuk itu sangat dibutuhkan pendidikan dalam mengatasi karakter tersebut.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan karakter?
2.      Bagaimana konsep dasar karakter?









PEMBAHASAN

A.    Pengertian karakter
Secara singkat, definisi karakter atau akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari kata akhalaq-yakhluqu-akhlaaq artinya yaitu perangai, kebiasaan, watak, dan peradaban yang baik, agama.[1]
Pengertian karakter sangat banyak dan bermacam-macam dari kalangan para ulama dan ilmuwan, diantaranya yaitu, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasikan seorang pribadi (forester),sedang menurutal-Ghazali yaitu:

الخلق عبا ر ة عن هيىئىة فى النفس را سخة عنها تصد ر الا فعا ل بسهؤ لة ؤ يسىر من غير حا جة الي فكرؤ رؤ ية

Artinya :” Akhlaq adalah ssuatu perangai (watak/tabiat) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tetrtentu dari sirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya.”
  Menurut Ibnu Maskawaih yaitu:
حا ل لنفس دا عية لها الي افعا لها من غير فكر ورو ية
Artinya :” akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang menyebabkan timbulnya perbuatn tanpa melalui peertimbangan dan dipikirkan secara mendalam.”
Sedangkan menurut Abd. Hamid Yunus:

الاخلاق هي صفا ت الا نسا ن الا دا بية
Artinya:” akhlak adalah segala sifat manusia yang terdidik.”

Sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral (Thomas Lickona). dan sedangkan menurut kemendiknas yaitu watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang berbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.[2]
Dari berbagai pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa karakter adalah mengenai sesuatu yang ada dalam diri seorang manusia yang menyebabkan orang tersebut dapat disifati yang dilakukan secara berulang kali dan tanpa paksaan atau tanpa disengaja. Pengertian ini senada dengan sumber yang menyatakan “ charater is the sum of all the qualities that make you who are. It’s your values, your thoughts, your word, your action” yang artinya karakter adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku, atau perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Dengan demikian, karakter dapat disebut sebagai jati diri seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan oleh sejumlah nilai-nilai etis dimilikinya, berupa pola pikir, sikap, dan perilakunya.”[3]
Istilah karakter memiliki kedekatan dan titik singgung dengan etika. Karena pada umumnya orang menganggap orang lain memiliki karakter baik setelah terbukti dengan etika yang diakukannya dalam masyarakat. Etika sendiri berasal dari bahasa Yunani Ethikos yang diambil dari kata dasar ethos, yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat watak, akhlak, perasaan, sikap atau cara berpikir. Namun, dalam perkembangannya etika sering disebut dengan adat kebiasaan.
Sedang etika menurut arti etimologi sering diidentikkan dengan moral yang berasal dari bahasa latin “ mos” yang bentuk jamaknya “ mores” yang berarti adat atau cara hidup. Meskipun secara etimologi etika dan moral bersinonim, namun keduanya dapat dibedakan. Etika lebih cenderung ke tingkah laku, sedangkan moral cenderung pada aturan norma yang dipegang guna untuk mengatur tingkah lakunya.
Dapat kita lihat bahwa manusia adalah tujuan bagi dirinya sendiri, karena segala tindakan manusia itu berasal dari hati nurani manusia dan untuk mengangkat harkat martabat manusia itu sendiri. Sehingga setiap manusia mempunyai kehendak untuk saling menjaga harkat martabat mereka sendiri dengan menjaga moralitas dan perilakunya.
Seperti contoh seorang yang bersikap dermawan, sifat ini timbul dari hati manusia untuk melakukannya ataupun tidak, dan dari kebimbangan tersebut  akhirnya  akan timbul sebuah kehendak yang menghasilkan ketentuan untuk melakukan tidaknya. Dan dari kehendak tersebut apabila di lakukan terus menerus dan menjadi kebiasaan, inilah yang dinamakan dengan akhlak. Sehingga akhlak ini tergantung dengan apa yang dikehendaki tadi, apabila yang dihasilkan adalah hal yang baik, maka akan menimbulkan akhlak yang baik. Dan sebaliknya, apabila yang dihasilkan adalah hal yang jelek, maka akan menimbulkan akhlak yang jelek pula.
Karena pada dasarnya, karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah dan ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal istilah “ Kacang ora ninggal lanjaran” (pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bamboo tempatnya melilit dan menjalar).[4]
Kecuali itu pada lingkungan, baik lingkungan social maupun lingkungan alam yang ikut membentuk karakter tersebut. Seperti contoh, di lingkunga pegunungan yang dingin dan sejuk, penduduk cenderung bersifat kalem dan sopan. Sedangkan di lingkungan yang gersang dan panas, penduduk cenderung bersifat keras dan dan tidak takut mati.
Akhlak menurut sifatnya terdiri dari berbagai macam sifat, diantaranya yaitu akhlak yang baik(mahmudah), akhlak yang buruk(madzmumah). Akhlak yang baik diantaranya yaitu, amanah atau dapat dipercaya, benar atau jujur,rendah hati, malu, sabar, pemaaf, dll. Sedangkan akhlak yang buruk diantaranya yaitu, pendendam,iri, dengki, hasud, dll.[5]
Sehingga dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dalam diri manusia terdapat karakter yang harus dibentuk berdasarkan lingkungan yang ada di sekitarnya,. Untuk itu, dibutuhkan pendorong dalam pembentukan karakter tersebut. Salah satunya yaitu dengan mengansumsikan seorang anak dalam pondok pesantren. Karena dalam era saat ini pondok pesantren tidak hanya sebagai sarana islamisasi, namun sebagai pencetak kader ulama.
Dalam karakter juga terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini akhlak memiliki lima jangkauan sebagai berikut.(i) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, (ii) sikap dan perilaku dalm hubungannya dengan diri sendiri, (iii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, (iv) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, (v) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.

B.     Konsep Dasar Karakter
Lickona mengemukakan bahwa karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral(moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan tiga konsep tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan kebaikan.[6]
Lickona pun menjelaskan bahwa konsep moral memiliki beberapa komponen, yaitu: kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan sendiri.
Sedangkan sikap moral memiliki komponen tersendiri yaitu:
1.      Kata hati
Kata hati atau biasa disebut dengan hati nurani dapat mengetahui dan menerapkan cara bertindak yang benar. Hati nurani yang kuat adalah suara hati yang membantu kita membedakan hal yang baik dan yang buruk. Ini adalah landasan yang kuat untuk mencapai kehidupan yang baik dan beretika.

2.      Rasa percaya diri
Rasa percaya diri adalah rasa yang muncul dari efek yang kita kerjakan apabila hal yang kita kerjakan adalah hal yang baik. Dan rasa ini menghasilkan suatu kepuasan dan semangat tersendiri melalui hal yang baik. Dan sebaliknya apabila kita melakukan sesuatu yang tidak baik, maka secara spontan kita akan menjadi pesimis dan juga malu.

3.      Empati
Empati adalah memahami dan merasakan kekhawatiran orang lain. Empati merupakan inti emosi moral yang membantu sesweorang memahami perasaan orang lain. Sehingga emosi yang kuat mendorong seseorang untuk bertindak benar, karena bias melihat kesusahahn orang lain. Dan dari adanya sikap tersebut akan mencegah melakukan hal yang dapat melukai orang lain.
4.      Cinta kebaikan
Cinta kebaikan akan menimbulkan dan menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan dan perasaan orang lain. Sehingga dengan membiasakan perbuatan cinta kebaikan akan menikmati betapa indahnya kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain.

5.      Pengendalian diri
Pengendalian diri adalah mengendalikan pikiran dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam maupundari luar, sehingga dapat bertindak dengan benar berdasarkan hati nurani. Dan dapat menahan diri dari hawa nafsu sehingga dapat berbuat sesuai hati dan pikiran.

6.      Dan kerendahan diri
Rendah diri disini bukanlah kita merendahkan martabat di depan orang lain, melainkan menghargai orang lain dengan berlaku sopan dan baik atau sering disebut dengan rasa hormat. Rasa hormat ini adalah yang mendasari suatu tata karma. Apabila kita ingin dihargai kepada orang lain sebagaimana kita mengahargai orang lain, maka kehidupan didunia ini akan bermoral.
Perilaku moral terdiri dari komponen:
1.      Kemampuan
2.      Kemauan
3.      Kebiasaan
Kelengkapan moral yang telah dijabarkan tadi apabila telah dimiliki oleh seseorang maka orang tersebut akan mempunyai pribadi yang tangguh dan kuat, dan akan membentuk karakter yang baik dan unggul.
Dan dari situlah akan terwujud suatu insan yang dapat menjaga diri dan moral yang baik serta dapat dipertanggung jawabkan. Karena dalam masyarakat umumnya, suatu moral yang terdapat dalam diri seseorang akan dikaitksn dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Seperti contoh seorang anak yang telah dididik oleh orang tuanya semenjak kecil dengan mengkonsumsikannya perilaku yang baik . maka lambat laun anak tersebut akan selalu melakukan hal yang baik yang diajarkan oleh orang tuanya. Sehingga masyarakat menilai perilaku tersebut adalah perilaku yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Untuk itu dari konsep dasar yang telah dijabarkan tadi, dapat dipraktekkan dan di sebarkan dalam masyarakat sekitar kita guna menjadi penerus bangsa yang berkarakter dan bermoral dengan baik dan juga dapat membuahkan hasil yang baik pula.
Konsep dasar karakter di Indonesia, terdapat konsep dasar yang masih alami, yaitu yang pertama konsep dasar  menurut adat dan kebudayaan, seperti halnya adat di jawa. Di jawa sangat banyak karakter yang harus di sebar luaskan, yaitu seperti halnya wewarah yang sering dilakukan orang tua kepada anaknya guna untuk mendidik karakternya. Dan juga biasanya terdapat dalam lagu daerah. Misalnya yaitu lagu sluku-sluku bathok.
 Yang kedua yaitu, konsep dasar karakter menurut agama. Di Indonesia terdapat berbagai agama karena banyaknya suku dan adat. Untuk itu banyak pula konsep dasar yang dijadikan panutan di setiap agama tersebut. Misalkan agama islam, pasti akan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, dan sebagai uswatun hasanah yaitu nabi Muhammad Saw yang telah menjadi pemimpin umat islam seluruhnya. Berbeda dengan penganut agama Kristen yang lebih berlandaskan dengan kitab injilnya. Dan sedangkan agama hindu akan berlandaskan dengan buku pegangan umat tersebut yaitu buku yang berjudul hak asasi manusia dalam Hindu yang mengutip sejumlah surat dalam Yajurveda, dll.

KESIMPULAN

     Karakter adalah mengenai sesuatu yang ada dalam diri seorang manusia yang menyebabkan orang tersebut dapat disifati yang dilakukan secara berulang kali dan tanpa paksaan atau tanpa disengaja.
Akhlak menurut sifatnya terdiri dari berbagai macam sifat, diantaranya yaitu akhlak yang baik(mahmudah), akhlak yang buruk(madzmumah). Akhlak yang baik diantaranya yaitu, amanah atau dapat dipercaya, benar atau jujur,rendah hati, malu, sabar, pemaaf, dll. Sedangkan akhlak yang buruk diantaranya yaitu, pendendam,iri, dengki, hasud, dll.
Dalam karakter juga terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini akhlak memiliki lima jangkauan sebagai berikut.(i) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, (ii) sikap dan perilaku dalm hubungannya dengan diri sendiri, (iii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga, (iv) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, (v) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar. karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral(moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan tiga konsep tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan kebaikan.












DAFTAR PUSTAKA


Agus wibowo, Pendidikan Karakter,(Yogyakarta: pustaka pelajar, 2012),
Dr. Zubaedi,M.Ag, Desain Pendidikan karakter(Jakarta:Kharisma Putra Utama, 2012),
Muchlas samani dan hariyanto, konsep dan model pendidikan karakter(bandung:Remaja Rosda Karya,2012),
Muhammmad arif, pesantren salaf basic pendidikan karakter(Kediri:STAIN kedriri press, 2012),
Pengertian karakter bersumber dari www.Educationplanner.org


[1] Agus wibowo, Pendidikan Karakter,(Yogyakarta: pustaka pelajar, 2012), hlm 27
[2] Agus wibowo,ibid,………hlm 35
[3] Pengertian karakter bersumber dari www.Educationplanner.org
[4] Muchlas samani dan hariyanto, konsep dan model pendidikan karakter(bandung:Remaja Rosda Karya,2012), hlm43
[5] Muhammmad arif, pesantren salaf basic pendidikan karakter(Kediri:STAIN kedriri press, 2012),hlm 7
[6] Dr. Zubaedi,M.Ag, Desain Pendidikan karakter(Jakarta:Kharisma Putra Utama, 2012), hlm 29

maklh pendidikn krakter 2



MEMBANGUN INTERAKSI MASYARAKAT BERBASIS KARAKTER
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pendidikan Karakter”
Dosen pengampu:
DR. MOHAMMAD ARIF, M.A.
Disusun oleh:
Churin Maqshurotin Fil Khiyam (933610313)

(085790539391)

Akhlak Tasawuf
Ushuluddin Dan Ilmu Sosial
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri
BAB I
PENDAHULUAN
             Pada zaman sekarang ini, setiap individu sangatlah perlu memiliki karakter. Dalam masyarakat apabila tidak mempunyai karakter maka akan timbul kesenjangan-kesenjangan sosial. Oleh karena itu, agar tidak terjadi kesenjangan-kesenjangan sosial maka diperlukan adanya interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hunbungan timbal balik antara individu satu dengan individu lain atau antara individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Namun, pada kenyataanya sekarang ini interaksi dalam masyarakat sangat kurang diperhatikan. Buktinya dimasyarakat perkotaan tidak saling kenal dengan tetangganya sendiri. Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Hal ini dikarenakan adanya krisis karakter pada bangsa ini.
             Dengan melihat realitas yang ada saat ini, maka diperlukan dorongan untuk membangun kembali karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang membangun interaksi masyarakat berbasis karakter. Dengan rumusan masalah sebagai berikut:
a)      Apakah yang dimaksud dengan interaksi masyarakat sosial?
b)      Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam bersosialisasi?
c)      Bagaimanakah cara membangun interaksi sosial yang berkarakter?
            
      
            




BAB II
PEMBAHASAN

             Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.[1] Bertemunya orang-perorangan secara badaniah saja tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
             Sejak kecil, anak telah belajar cara berinteraksi sosial sesuai dengan harapan orang-orang yag paling dekat dengannya, yaitu ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarga juga turut memengaruhi perkembangan sosial.
            Ada empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi, sebagai berikut: [2]
1.      Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarya dari berbagai usia dan latar belakang.
2.      Adanya minat dan motivasi untuk bergaul.
3.      Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi “model” bagi anak.
4.      Adanya kemampun berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.


Pembelajaran Berbasis Lingkungan
              lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses pendidikan. Bagi anak usia dini, lingkungan adalah tempat yang paling dominan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Dengan kata lain pendidikan anak usia dini akan dapat berjalan dengan baik, jika lingkungan dikelola menjadi tempat belajar yang dapat mendidik anak dengan baik. Lebih-lebih untuk menambahkan pendidikan yang berkarakter. Oleh karenanya, dalam konteks ini perlu adanya pembelajaran yang berbasis lingkungan.
              Setiapa anak memiliki cara belajarnya sendiri. Dengan mengenali gaya belajar anak, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif dan efisien sehingga menimbulkan pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar mereka. Pembelajaran berbasis lingkungan ialah melakukan pembelajaran dengan mengenal lingkungan-lingkungan sekitar.[3] Selain itu, bisa juga diartikan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Selain itu, bisa juga diartikan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai wahana untuk kegiatan pembelajaran. Harapannya, anak nantinya akan terbiasa dan peka terhadap aktivitas-aktivitas yang ada dilingkungan. Untuk itu, menjadi penting kiranya bila orang tua atau pendidik menyiapkan lingkungan belajar yang mendidik bagi anak-anak.
              Masyarakat sebagai lembaga pendidikan nonformal juga menjadi bagian penting dalam proses pendidikan. Tetapi, tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan kuat. Masyarakat memiliki peranan yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional. Pendidikan nonformal diselenggarakan oleh warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan dan berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan berbasis masyarakat merupakan sebuah proses dan program. [4] Secara esensial, pendidikan berbasis masyarakat adalah munculnya kesadaran tentang bagaimana hubungan-hubungan sosial bisa membantu pengembangan interaksi social yang membangkitkan concern terhadap pembelajaran, sosial, politik, lingkungan, ekonomi dan faktor-faktor lain. Sementara pendidikan berbasis masyarakat sebagai program harus berlandaskan pada keyakinan dasar bahwa partisipasi aktif dari warga masyarakat adalah hal yang pokok. Untuk memenuhinya, maka partisipasi warga harus didasari kebebasan atau tanpa tekanan, kemapuan berpartisipasi dan keinginan berpartisipasi.
             
       Handal Dalam Berinteraksi
              Seorang pemimpin haruslah mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan cara yang mengesankan agar orang lain bersedia mengikuti jejak sang pemimpin termasuk terhadap lawan yang mungkin selama ini musuhnya. Karena kemapuan berinteraksi yang baik dan keterampilan komunikasi yang handal serta dorongan motivasi yang dipadukan dengan semangat nilai-nilai spiritualitas akan melahirkan loyalitas dari anak buah yang dipimpinnya.
              Oleh karena itu, kata kuncinya adalah kenali sifat dasar manusia dengan baik, kemudian penuhilah kebutuhannya sebagaimana sifat dasarnya, karena manusia adalah makhluk yang sangat unik. Dia tidak hanya terdiri dari dimensi fisik saja, namun suatu hal yang sangat berbeda dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, karena manusia memiliki kemampuan untuk menangkap perasaan orang lain. Setiap individu telah diciptakan oleh Allah dengan struktur ciptaan yang sangat luar biasa, salah satunya adalah perasaan dan keinginan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dengan hal tersebut, individu dapat bertahan dalam hidup serta membangun hubungan dengan orang lain. Untuk itu, agar interaksi yang individu bangun dengan yang lain dapat berjalan dengan baik, maka ketahuilah sifat dasar manusia. Sifat dasar manusia setidaknya ada 8 (delapan) macam, anatara lain: [5]
1)      Setiap Orang Senang Diperhatikan
    Sering kali mungkin seorang individu melakukan kesalahan dalam berinteraksi yaitu dengan segala cara agar diperhatikan oleh orang lain. Padahal, kenyataannya orang lain sama sekali tidak menaruh minat untuk memerhatikannya, kecuali dalam hal kejelekkan atau kelemahannya. Mereka lebih banyak menaruh perhatian pada diri sendiri.
    Dalam hal ini, Rasulullah SAW. memberikan teladan dimana jika beliau selesai mengimami sholat berjamaah maka beliau segera menghadapkan wajahnya kepada jamaahnya untuk melihat siapa saja yang tidak hadir pada saat itu dan beliau akan menanyakan pada sahabat yang lain penyebab ketidakhadirannya.
2)      Setiap Orang Senang Terhadap Orang Yang Ramah
          Cobalah tersenyum saat bertemu dengan orang lain walau belum kenal dengannya. Kemudian tunggulah responnya tentu dia juga akan membalas senyuman tersebut. Jika mendapatkan senyuman dari orang yang tidak dikenal maka kita akan menganggap bahwa orang itu adalah orang yang ramah dan ini menjadi modal kita di dalam menjalin hubungan baik dengan orang tersebut. Demikian pula sebaliknya.
          Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. “Sesungguhnya Allah mengasihi orang yang mudah dalam pergaulan dan bermuka manis.” Dalam hadits lain disebutkan” “Janganlah kalian melupakan suatu kebaikan, walaupun dengan sekedar muka manis terhadap teman dan orang lain.”
3)      Setiap Orang Senang Berbicara
          Suatu hal yang juga patut diketahui oleh individu di dalam membangun persahabatan adalah setiap orang senang sekali berbicara, mengeluarkan semua isi hatinya. jarang sekali orang menanyakan sesuatu tentang kebaikan orang lain. Tetapi sebaliknya, kebanyakan orang ingin ditanyai tentang segala sesuatu kebaikan pada dirinya, tentang pandangan dan pendapatnya. serta pengalaman yang pernah dilakukannya. Oleh karena itu, hendaklah dengarkan pembicaraan orang lain dengan penuh minat saat orang tersebut berbicara dan janganlah tergesa-gesa memikirkan pada yang hendak kita bicarakan sebelum orang lain selesai berbicara (membantah). Sesuai sabda Rasulullah SAW: “Diam itu suatu kebijaksanaan dan hanya sedikit yang melakukannya.”


4)      Setiap Orang Senang Dikagumi Dan Dihargai
          Rasulullah SAW. adalah orang yang paling mengerti sifat dasar manusia ini. Rasulullah SAW. bersabda:
      Seandainya ditimbang iman Abu Bakar dengan iman alam semesta ini sesungguhnya masih berat iman Abu Bakar.” Sehingga betapa individu melihat sikap dan ketaatan Abu Bakar terhadap Rasulullah baik pada saat Isra’ Mi’raj, hijrah ke Thaif, maupun hijrah ke Madinah maka beliau selalu setia menemani dan menyertai Rasulullah SAW. sehingga beliau pantas mendapatkan gelar dan penghargaan As-Shidiq. Begitu pula pada suatu ketika Rasulullah SAW sedang sibuk bersama sahabat-sahabatnya, tiba-tiba datanglah Tholhah bin Ubaidillah, maka bersabda Rasulullah SAW: “Barang siapa ingin melihat pahlawan syahud tetapi masih berjalan di muka bumi maka ia sebaiknya melihat Thalhah bin Ubaidillah.” Dlam kenyataan lain Nabi pun pernah berkata kepada Thalhah dan Zubair: “Anda berdua adalah pengikut-pengikutku yang setia, seperti pengikut Isa putra Maryam.” Begitu pula perlakuan Rasulullah terhadap sahabat-sahabat yang lain. Oleh karena itu, kagumilah orang lain dengan Ikhlas atas kelebihan masing-masing dalam rangka membangun persaudaraan.
5)      Setiap Orang Merasa Dirinya Baik
          Siapa pun mereka, terkecuali orang yang sering kali disebut-sebut sabagai moral dan bahkan sampah masyarakat sekalipun, merasa dirinya baik, bahkan mungkin pula merasa dirinya lebih baik dari pada orang lain. Wajar apabila kita jumpai ada orang yang sedang bermusuhan, kemudian kita Tanya seseorang dari keduanya maka mereka membenarkan dan membela dirinya serta menuduh yang lain sebagai pihak yang bersalah. Karena orang merasa dirinyalah yang paling baik.
6)      Setiap Orang Ingin Dianggap Penting
          Ketahuilah bahwa di dalam setiap diri manusia ada suatu keinginan yang sangat kuat dan hebat yaitu keinginan untuk dianggap penting keberadaannya.

7)      Setiap Orang Tidak Senang Diperintah
          Secara naluriah setiap individu sangat menaruh perhatian pada orang yang diinginkannya begitu pula dengan yang lainnya. Sehingga tidak mudahlah bagi individu untuk memerintah orang lain agar senang diperintah.
8)      Setiap Orang Tidak Senang Dikritik
          Secara naluriah orang merasa dirinya baik, bahkan mungkin paling baik, begitu pula setiap orang tahu bahwa kekurangan, kesalahan dan kealfaan pasti juga dimiliki oleh setiap orang. Namun, orang pasti tidak senang dikritik apalagi jika didepan orang banyak.
          Jauhkan kecenderungan dan kebiasaan negatif dalam berhubungan dengan orang lain, antara lain:
a.   Cenderung mementingkan dan memikirkan diri sendiri (egoistik)
b.   Meremehkan orang lain
c.   Menganggap dirinya lebih hebat dari orang lain
d.  Suka melihat kekurangan dan kelemahan orang lain (negative thinking)
e.   Menjelek-jelekkan orang lain di hadapan umum
f.    Cenderung bersikap negatif terhadap orang lain
g.   Cenderung menutup mata pada keberhasilan dan kekuatan orang lain
h.   Cenderung membuka mata untuk melihat hal-hal negatif dari orang lain
i.     Kurang mengakui kekuatan dan kelebihan orang lain
j.     Kurang memiliki jiwa besar.
     


       Karakter sukses generasi bangsa
             Apabila ingin membangun karakter yang kuat sehingga mampu mendorong pada realitas sukses dalam kondisi apa pun, berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa karakter sukses dari orang-orang di seluruh dunia. Hal itu khususnya di dunia bisnis yang diperlukan dalam diri setiap individu sebagai generasi bangsa, antara lain:
a.      Jujur
                Yaitu sikap penyampain apa adanya tanpa kepentingan untuk menambah dan mengurangi, lurus hati, bersikap tidak curang, dan menjauhkan dari segala bentuk kebohongan. Mereka sadar bahwa setiap ketidakjujuran akan berakibat ketidaktenangan dalam diri.
b.      Peduli Dengan Orang Lain
                Yaitu sikap perhatian kepada orang lain dam memperlakukan mereka dengan rasa segan, kehormatan, dan penghargaan. Sikap ini terwujud dalam bentuk suka membantu orang lain. Menjadikan orang lain selalu berada dalam benak pikirannya.
c.       Bisa Memberikan Inspirasi
                Mampu mendorong dan menjadi sumber motivasi bagi munculnya sebuah pemikiran baru pada pihak lain. Mendorong orang lain untuk bekerja dan berkarya, bergabung atau terlibat dan membuat seluruhnya menyenangkan. Hidupnya penuh semangat untuk menjadi teladan terbaik. Seorang pekerja hati nurani tentu akan menjadikan Rasulullah SAW sebagai contoh terbaik dalam memberikan teladan bagi orang lain.
d.      Bisa Bekerja Sama
                Perbuatan melakukan pekerjaan dalam sebuah kebersamaan dengan orang lain secara sinergis, saling membantu dan menghormati antara yang satu dengan yang lain dengan penuh kesadaran dan semangat sukses bersama. Bekerja sama dibangun di atas semangat saling memberikan yang terbaik untuk yang lain.
e.       Mampu Mengendalikan Diri
                Mempunyai perasaan emosional tetapi jarang memperlihatkan dan mamapu menyembunyikan bahkan dapat mengelolanya dengan baik atau menahan diri dalam menunjukkan emosi atau antusiasme (reserved). Seorang pekerja hati nurani menyadari bahwa kemampuannya menahan dan mengontrol diri akan mengantarkannya pada ketinggian derajat dan akhlak di hadapan manusia dan di sisi Allah SWT. Selain itu, juga kemampuan mengendalikan diri dipahaminya sebagai sebuah kemenangan atas musuh bebuyutan yang nyata, yang selamanya tidak rela dirinya sukses (unlimited success) yaitu setan laknatullah.


BAB III
PENUTUP
       Dalam membangun interaksi masyarakat berbasis karakter diperlukan adanya interaksi antar masyarakat, faktor-faktor yang mempengaruhi individu bersosialisasi, dan cara berinteraksi yang baik dan benar sehingga menumbuhkan sebuah karakter yang baik. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dapat bersosialisasi adalah kemampuan anak dalam berkomunikasi yang baik dan benar.
       Lingkungan adalah tempat yang paling dominan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Masyarakat sebagai lembaga pendidikan nonformal juga menjadi bagian penting dalam proses pendidikan. Ada beberapa tips dan trik dalam berinteraksi dengan orang lain, yaitu: hadapkan seluruh tubuh dan wajah anda, bersikaplah antusias, tersenyum dan anggukkan kepala anda, dengarkan dan bersikaplah ramah, sering sebut namanya, dukung pendapatnya, dan hadirkan kekaguman ala anak-anak pada diri anda.[6]
     


DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjon. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Wijaya Ardy, Novan. Bina Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Fadillah, Muhammad. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2013.

Zubaedi. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Saleh, Muwafik. Membangun Karakter dengan Hati Nurani. Malang: Erlangga, 2012.



[1] Soerjon Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.54
[2] Novan Ardy Wijaya, Bina Karakter Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 86
[3] Muhammad Fadillah, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2013), hlm. 130
[4] Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 136
[5] Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani, (Malang: Erlangga, 2012), hlm. 370-375
[6] Ibid. hlm.371