Senin, 28 Desember 2015

terapi taubat



TAZKIYATUN NAFS SEBAGAI TERAPI JIWA DALAM PERSPEKTIF IMAM GHOZALI
(Studi Kajian Taubat Terhadap Penyakit Psikosomatik)
Disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah psikoterapi
Dosen pengampu:
Nur Aziz Efendi, M.Psi.

Disusun oleh:
Ana Nur Af-Idah           (933610113)
Choirotun Nikmah                  (933610213)
Moh. Nur Adam            (933610913)

Prodi Akhlak Tasawuf Jurusan Ushuluddin
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri
2015
BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Semakin banyaknya permasalahan yang dialami oleh manusia modern, seperti prioritas kerja, pertengkaran dalam rumah tangga, persaingan kerja, maupun yang lainnya. Permasalahan seperti tersebut sering kali menjadikan seseorang berfikir di luar akal sehat. Amarah, dengki, iri, malas, dan sebagainya akan mudah bersarang di dalam hati yang kotor, akibatnya seseorang akan mudah mengalami gangguan psikis maupun penyakit fisik. Gelapnya atau kotornya hati pada diri seseorang, merupakan salah satu factor dari adanya penyakit pada diri seseorang. Kurangnya hati untuk merasa dekat dengan Allah, akan membuat seseorang akan lebih merasa hampa, tertekan, dan sebagainya. Tazkiyatun nafs, merupakan istilah yang di dalam ilmu tasawuf dikenal sebagai bentuk penyucian diri sehingga seseorang akan lebih dekat dengan Allah. Kedekatan seseorang kepada Tuhannya dapat dijadikan parameter akan bagaimana kejiwaan seseorang.
Dalam hal ini Imam Ghozali membagi tiga tingkatan agar seseorang mampu memperoleh kebersihan hati. Yakni adalah takhalli, tahalli, dan tajalli,[1] yang mana ketiga istilah tersebut sudah tidak asing lagi dalam kajian ilmu tasawuf. Selanjutnya Imam Ghozali juga membagi maqamat atau tangga untuk sampai kepada Allah menjadi taubat oleh Imam Ghozali diletakkan pada maqam pertama, hal ini menunjukkan bagaimana seseorang tidak akan mampu mencapai kebersihan hati untuk sampai kepada Allah sebelum seseorang melakukan taubat. Taubat, bagaimana taubat mampu menjelaskan terhadap pemikiran manusia modern terhadap kesembuhan suatu penyakit, tentu hal ini menjadi hal yang harus kita perhatikan agar tasawuf dapat diterima oleh masyarakat modern.
Rumusan masalah:
1.      Bagaimana konsep tazkiyatun nafs Imam Ghozali?
2.      Bagaimana peran taubat terhadap penyakit spikosomatik?
3.      Bagaimana terapi taubat terhadap penderita spikosomatik?



BAB II
Pembahasan
1.      Pengertian Tazkiyatun Nafs
Secara etimologi, Tazkiyatun nafs berasal dari kata “tazkiyat” dan “an-nafs”. Kata “tazkiyat” berasal dari bahasa Arab yakni isim masdar dari “zaka” yang berarti penyucian. Kata “an-nafs  adalah jiwa, jiwa yang tidak dimaknai sebagai nafsu. Dengan demikian, secara terminology, Tazkiyatun nafs bermakna sebagai penyucian jiwa.[2]  Ada banyak konsep yang diutarakan oleh Al-Ghozali mengenai makna tazkiyatun nafs, dalam setiap kitab yang ia tulis memberikan pengertian yang berbeda. Tazkiyatun nafs merupakan proses penyucian jiwa , pengembalian jiwa pada fitrahnya, dan pengobatan jiwa-jiwa yang sakit agar menjadi sehat kembali, melalui terapi-terapi sufistik.[3]
Selanjutnya, di dalam kitab Bidayat Al-hidayah, Al-Ghozali mengatakan bahwa tazkiyatun nafs merupakan usaha menyucikan diri dari sifat memuji diri sendiri. dasar dari pemikiran tazkiyatun nafs berasal dari keyakinan para sufi bahwa jiwa manusia pada fitrahnya adalah suci. Disebabkan oleh adanya pertentangan dengan badan, yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai keinginan nafsu, maka hal tersebut mengakibatkan jiwa  tidak suci bahkan tidak lagi sehat. Dalam hubungan dengan sifat-sifat jiwa yang ada dalam diri manusia, tazkiyatun nafs menurut Al-Ghozali berarti pembersihan diri dari sifat kebuasan, kebinatangan, dan setan yang kemudian mengisi dengan sifat-sifat ketuhanan.[4]

2.      Bentuk Tazkiyatun Nafs
Bentuk tazkiyatun nafs pada dasarnya ada dua macam, yaitu bentuk pembinaan akhlak dan bentuk terapi jiwa.
a)      Tazkiyatun nafs sebagai pembinaan akhlak manusia
Menurut Al-Ghozali, jiwa yang sehat bersumber dari akhlak terpuji. Sebaliknya, jiwa yang sakit bersumber dari akhlak tercela. Sehingga dalam hal ini, kualitas jiwa seseorng dapat dinilai dengan bagaimana penampilan akhlak seseorang. Akhlak yang terpuji, dan dekat dengan Allah, akan menunjukkan sikap yang baik dan disenangi oleh orang lain. Namun, akhlak yang buruk, dan jauh dari Allah, akan menunjukkan bahwa dalam jiwanya ada gejolak penyakit jiwa yang meresahkan bagi diri sendiri maupun orang. Dalam meningkatkan upaya untuk memperbaiki akhlak, dibutuhkan metode yang tepat untuk mengubah dan meningkatkan akhlak. Metode tersebut dinamakan riyadhat (latihan jiwa) dan mujahadat (kesungguhan). Akhlak merupakan sifat dalam jiwa seseorang dengan mudah dapat menimbulkan suatu perbuatan, tanpa melalui proses penalaran lebih dulu. Jika perbuatan itu baik, hal tersebut menunjukkan bahwa akhlak tersebut terpuji, begitu pula sebaliknya.
b)      Tazkiyatun nafs dalam bentuk terapi jiwa
Argumentasi Al-Ghozali terhadap terapi jiwa adalah bahwa jiwa dapat diobati sebagaimana tubuh dapat diobati. Pengobatan penyakit jiwa dapat dilakukan dengan terlebih dahulu dengan mendiagnosis jenis penyakit dan sebab-sebabnya.  Al-Ghozali menegaskan bahwa ketaatan merupaka obat, sedangkan kemaksiatan merupakan racun yang berpengaruh terhadap hati atau jiwa.
            Seseorang harus melakukan penyelidikan tentang penyebab keburukan jiwanya, sehingga dengan mengetahui penyebabnya, akan memudahkan penghapusan penyebab. Al-ghozali mengatakan,
“Ketahuilah bahwa semua akhlak yang buruk disembuhkan dengan ilmu dan amal. Penyembuhan tiap penyakit (jiwa) ialah dengan melawan penyebabnya. Oleh karena itu, kita harus meneliti dulu sebab-sebabnya[5]
Dari pernyataan di atas, Al-Ghozali sangat menekankan bagaimana ilmu dan amal sangat penting dalam penyembuhan jiwa. Ilmu dalam hal ini berfungsi untuk mengetahui sebab dan akibat suatu penyakit jiwa. Selanjutnya, setelah mengetahui penyebabnya, seseorang dapat menghilangkan penyebabnya, seseorang dapat menghilangkan penyebabnya dan melakukan perbuatan (amal) yang dianggap sebagai lawan dari sifat jelek yang muncul. Amal dilakukan harus berdasarkan syariat.
3.      Taubat
Taubat secara etimologi berarti kembali, yaitu kembali dari berbuat dosa dan dari maksiat  menuju berbuat baik dan ketaatan, setelah adanya kesadaran akan bahayanya perpuatan dosa. Menurut Imam ghozali, taubat adalah pengertian yang tersusun dari tiga hal yaitu, ilmu, hal dan amal. Ilmu dalam hal ini adalah mengetahui besarnya bahaya dosa dan keberadaanya sebagai tabir penghalang antara hamba dan Yang dicintai. Setelah seseorang memiliki pengetahuan, maka akan muncul hal atau pengalaman batin yakni rasa takut akan dosa-dosanya. Taubat bagi Imam Ghozali merupakan tangga pertama yang harus ditempuh seseorang dalam proses penyucian diri atau proses takhalli.
Taubat dalam pembahasan ini tidak hanya dimaknai sebagai tangga yang harus dilewati oleh seorang penempuh jalan kepada Allah, akan tetapi lebih dari itu, taubat ternyata mampu menjadi terapi bagi seseorang. Bagaimana hal ini dapat terjadi, karena dengan melakukan taubat terhadap dosa-dosa yang telah diperbuat sehingga dengan dosa tersebut seseorang yanga sebelumnya mengalami stress, cemas, putus asa, akibat dari banyaknya masalah yang dihadapi, akan lebih bisa menerima dengan bertaubat. Dengan taubat, seorang sufi membersihkan dirinya dari perilaku yang menimbulkan dosa dan rasa bersalah.[6] Hal ini akan memberi pengaruh terhadap kejiwaan seseorang. Kedekatan seorang individu dengan Tuhannya akan menunjukkan kadar psikologis yang berbeda. Semakin seseorang jauh dari Allah, maka semakin besar pula kotoran yang bersarang pada hati. Akibatnya peluang terjadi stress atau bahkan gangguan kejiwaan akan semakin besar. Apabila jiwa tergoncang, pikiran menjadi tidak stabil, dan akhirnya akan mempengaruhi fisik manusia dan dapat menimbulkan penyakit yang disebut psikosomatik.
4.      Dasar terapi
Terapi tazkiyatun nafs didasarkan dari :
1)      pemikiran Imam Ghozali yang mengatakan bahwa jiwa dapat diobati sebagaimana tubuh.
2)      pengetahuan bahwa Nabi adalah dokter bagi jiwa
3)      sesungghuhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwanya itu dan merugilah orang-orang yang mengotorinya[7]

5.       Penyakit psikosomatik
a.       Pengertian
Secara etimologis, psikosomatik berasal dari kata psyche dan soma. Dalam bahasa Yunani, psyche berarti jiwa dan soma berarti badan/tubuh. [8]Sehingga psikosomatik merupakan beberapa penyakit jasmani yang ditimbulkan oleh kombinasi dari factor organis dan psikologi atau merupakan kegagalan system saraf dan system fisik akibat adanya berbagai kecemasan, konflik, psikis, dan gangguan mental. Paracelus, seorang ahli kimia mengatakan bahwa kekuatan batin mempunyai pengaruh terhadap kesehatan seseorang. Sigmund Freud dengan para rekannya telah membuktikan bahwa kelainan somatic dapat disebabkan oleh kelainan psikis.
S. Budihalim dan E. Mudjajid menjelaskan titik perhatian sehat tidak hanya pada aspek fisis dan psikis, akan tetapi spiritual serta lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan. WHO mengatakan bahwa seseornag dikatakan sehat mencangkup sehat fisik, psikologis, social, dan spiritual.
b.      Penyebab gangguan psikosomatik
Stress merupakan penyebab dari timbulnya penyakit psikosomatis. Selain itu factor yang menimbulkan gangguan psikosomatis dibagi menjadi:
1)      Fisik: panas, dingin, bising, dll.
2)      Social: masalah keluarga, pekerjaan, politik, dll.
3)      Psikis: frustasi, cemas, dll.
Berbagai tuntutan hidup menjadikan seseorang stress yang dapat membebani jiwa dan tubuh manusia. Ketika stress telah tinggi, maka akan mengakibatkan gangguan fungsi atau beberapa organ. Dapat dicontohkan dari penyakit yang disebabkan oleh stress seperti pada kulit, yakni penyakit biduran. pada rambut dapat mengakibatkan reaksi kerontokan dan uban.
c.       Gejala-gejala gangguan psikosomatik
Keluhan yang sering kali dirasakan oleh penderita psikosomatis adalah seperti system pernafasan, saluran cerna, dll. Hal tersebut sebagai manifestasi adanya ketidak seimbangan system saraf seperti sakit kepala, pusing, serasa mabuk, banyak berkeringat, jantung berdebar, sasak nafas, dll. Biasanya pasien sudah berulang kali berobat, akan tetapi pasien merasa tidak adanya kesembuhan. Sehingga pasien merasa bingung dan berputus asa.
d.      Macam-macam gangguan psikosomatik
1)      Sakit jantung
2)      Hipertensi (darah tinggi)
3)      Gangguan lambung
4)      Sakit kepala
5)      Gangguan pernafasan
6)      Penyakit kulit
7)      Imsomnia
8)      Diabetes mallius (kencing manis)

6.      Metode taubat bagi penderita psikosomatik
Yang pertama kali dilakukan oleh penderita atau untuk menghindari penyakit psikosomatik adalah bagaimana seseorang mampu mengenali dirinya sendiri sebagai manusia, yakni menyadari dari mana dan akan kemana diri seorang manusia. Pada dasarnya, tingkah laku manusia dipengaruhi oleh pikiran. Sehingga seseorang harus menanamkan dalam dirinya bahwa penyakit mental dapat disembuhkan. Setelah seseorang menyadari akan dirinya, selanjutnya adalah seseorang harus merubah akhlaknya menjadi lebih baik secara bertahap. Selanjutnya, metode yang digunakan dalam terapi taubat bagi penderita psikosomatik dalam upaya merubah akhlak buruk sesuai dengan ungkapan Al-Ghazali adalah sebagai berikut:
1)      Metode taat syariat
Metode ini berupa pembenahan diri, membiasakan diri terhadap perilaku-perilaku terpuji sesuai dengan syariat. Berusaha menjauhi hal-hal yang dilarang oleh syara’ dn aturan-aturan yang berlaku di masyrakat.
2)      Metode pengembangan diri
Metode ini didasari oleh bentuk kesadaran diri atas kelebihan dan kelemahan pribadi yang kemudian melahirkan keinginan untuk mengurangi sifat buruk dan mengganti dengan sifat yang baik. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara pembiasaan diri.
3)      Metode kesufian
Pelatihan disiplin diri ini dilakukan dengan dua jalur, yakni mujahadah, yang berarti usaha penuh untuk menghilangkan segala hambatan pribadi. Selanjutnya adalah dengan  riyadhah, latihan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan meningkatkan kualitas ibadah.
Selanjutnya adalah dalam terapi penyembuhan ini, juga dilakukan teknik perlawanan dan kebalikan. Misalnya, sifat kikir harus diobati dengan suka member.

7.      Langkah-langkah terapi taubat
a.       Proses diagnosia penyakit
Proses kepada pasien yang menderita penyakit psikosomatis dapat dilakukan dengan proses atau langkah-langkah sebagai berikut. Menegakkan diagnosis pasien dengan gangguan psikomatik tidak berbeda dengan menegakkan diagnosis penyakit lain pada umumnya, yaitu dengan cara anamnesis (dengan cara interview), pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan lainnya yang diperlukan. Pada teori taubat, yang lebih diutamakan adalah anamnesis yang teliti dan mendalam, sedangkan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya seyogyanya dilakukan oleh tim dokter, psikiater, atau psikolog.
Pada umumnya, pasien dengan gangguan psikomatik pergi ke dokter dengan keluhan-keluhan somatiknya. Jarang sekali keluhan-keluhan psikis atau konfliknya dilakukan secara spontan. Keluhan psikis yang menjadi stresornya baru muncul setelah dilakukan anamnesis yang baik dan mendalam.
Pada teori taubat, mendiagnosis penyakit pasien dengan cara anamnesis bertujuan memperoleh informasi tentang pasien, berupa informasi aktual pasien yang berhubungan dengan permasalahannya. Informasi ini menyangkut beberapa hal, diantaranya adanya keluhan yang disampaikan, sejarah kesehatan mental, situasi kehidupannya sekarang, sejarah masalalunya, latar belakang pendidikan dan pekerjaan, dan latar belakang social.Hubunga akan berjalan dengan mudah bila tercipta hubungan baik antara pasien dengan terapis. Dengan demikian , persoalan penyakit pasien menjadi transparan. Akibat yang menguntungkan adalah mempermudah rencana penanganan atau tindakan selanjutnya.
Dalam proses anamnesis, wawancara harus berjalan secara spontan. Biarkanlah penderita, bila ia mengambil inisiatif sendiri, melanjutkan dan menghubungkan ceritanya. Terapis juga harus fleksibel (mudah menyesuaikan diri), tidak kaku atau secara obsesif mengikuti suatu bagan. Ia harus mengetahui apa yang perlu diperiksa sambil dalam pikirannya membuat gambaran bagan pemeriksaan. Wawancarapun harus sesuai dengan keadaan dan perasaan penderita.
      Jangan mengharapkan terlalu banyak dari wawanara pertama, tetapi pupuklah kepercayaan secara perlahan-lahan. Jangan terlalu mendesak, sebab bila satu kali saja penderita merasa dalam keadaan tertekan, sukar baginya untuk menceritakan sesuatau dengan hati terbuka. Pertanyaan-pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga penderita tidak salah paham atau menerimanya sebagai tuduhan.
Untuk mempertajam diagnosis pada gangguan psikomatis, kenali dulu bahwa penderita memiliki ciri-ciri dan kriteria klinis berikut.
1.         Tidak didapatkan kelainan psikiatris (distorsi realita, waham, dan sebagainya).
2.         Keluhan yang timbul selalu berhubungan dengan emosi tertentu.
3.         Keluhan berganti-ganti dari satu sistem ke sistem yang lain.
4.         Ditemukan adanya ketidak seimbangan vegetatif.
5.         Riwayat hidup pasien penuhdengan konflik atau stress.
6.         Ada perasaan negatif (dongkol, cemas, sedih, atau cemburu).
7.         Ada faktor predisposisi (biologis atau perkembangan kejiwaan).
8.         Ada faktor presipitasi/pencetus (fisis atau psikis).
Dalam mempertajam diagnosis klasifikasi penyebab penyakit sangat berpengaruh pada gangguan terapi tobat. Al-Ghazali menyebutkan delapan kategori yang termasuk perilaku merusak yang dapat mengakibatkan psikopatologi.
1.         Bahaya syahwat perut dan kelamin (seperti memakan makanan syubhat atau haram dan berhubungan seksual yang dilarang).
2.         Bahaya mulut (seperti mengolok-olok, debat yang tidak berarti, dusta, adu domba, dan menceritkan kejelekan orang lain).
3.         Bahaya marah, iri , dan dengki.
4.         Bahaya cinta dunia.
5.         Bahaya cinta harta dan pelit.
6.         Bahaya angkuh dan pamer.
7.         Bahaya sombong dan membanggakan diri,
8.         Bahaya menipu.
Selanjutnya, Ibnu Qayim Al-Jauziyah mengemukakan lima macam yang menyebabkan psikopatologi.
1.         Banyak campur tangan dalam ursan orang lain, sehingga menyebabkan perselisihan dan perpecahan.
2.         Berangan-angan pada sesuatu yang tidak mungkin terjadi, sehingga menimbulkan kemalasan dan bisikan jahat.
3.         Bergantung pada selain Allah, sehingga dirinya tidak memiliki kebebasan dan kemerdekaan.
4.         Makan yang berlebihan, terlebih lagi makanan haram, yang dapat menimbulkan kemalasan beribadah.
5.         Banyak tidur, sehingga kurang tafakur dan tadakur, hanya menggemukkan badan dan menyia-nyiakan waktu.
Diagnosa dan terapi tidak hanya melalui satu cara pengobatan, tetapi disesuaikan dengan penyakitnya serta kondisi, usia, dan karakter penderita. Klasifikasi penderita bertujuan untuk menyesuaikannya dengan tipe pengobatan dan tipe latihan, seperti jika penderita penyakit jiwa tergolong awam tentang hukum syari’ah, langkah awal pengobatannya adalah mengajarkan tatacara bersuci, shalat, dan ibadah-ibadah lainnya.
b.         Proses penyembuhan
Dalam proses penyembuhan bagi penderita psikomatik, pendekatan terapi yang bersifat holistik sangat diperlukan. Proses penyembuhan tidak hanya dilihat dari segi organik, psikologik, dan sosial, tetapi juga dari segi keagamaan. Persoalan dan konflik batin si pasien dapat dilihat dari sudut agama, dengan menerapkan dan mengamalkan ajaran agama dalam penyelesaiannya.
Seorang terapis melakukan penyembuhan pada penderita psikosomatik yang sesuai dengan penyebabnya. Setelah diketahui penyebab penyakitnya, terapis menentukan tipe pengobatannya. Gangguan psikosomatik yang disebabkan oleh perilaku yang menyimpang dari norma agama, masyarakat, dan negara sehingga menimbulkan perasaan berdosa pada jiwanya, dapat diobati dengan menggunakan metode tobat.
Proses penyembuhan pada gangguan psikosomatik yang disebabkan perasaan berdosa yang berlarut-larut adalah dengan langkah-langkah berikut ini.
Pertama, mencari perangai buruk (yang merupakan penyebab penyakit) yang terdapat pada penderita. Dengan demikian, ia sadar akan akhlaknya yang tidak terpuji yang ada pada dirinya. Kebanyakan orang tidak mengetahui kekurangan pada dirinya. Untuk itu diperlukan ilmu dan amal. Ilmu (pengetahuan) disini menyangkut pemahaman tentang sifat-sifat keburukan,  penyebabnya, dan akibat yang merugikan kehidupan dunia dan akhirat. Pengetahuan juga mempunyai efek menimbulkan keinginan untuk melawan penyebab tersebut dengan langkah-langkah amaliah. Amalan ini juga harus berlawanan dengan perbuatan yang timbul dan sifat-sifat buruk itu. Amal yang dilakukan ini harus berdasrkan syariat.
Kebutuhan jiwa dapat dipulihkan dengan menghancurkan substansinya dan meghilangkan penyebabnya. Semua harus dihilangkan dengan bantuan lawan-lawannya. Jika penyakit si penderita disebabkan oleh sibuk dengan harta haram atau ahli maksiat, maka langkah awal pengobatannya dengan menyuruhnya untuk meninggalkan yang haram atau maksiat itu.
Upaya itu memerlukan mujahadah (berjuang sungguh-sungguh melawan hawa nafsu). Al-Qusyairi, seperti dikutip Amir An-Najar, mengatakan, “sesungguhnya berjuang melawan hawa nafsu dan mengendalikannya, adalah dengan memotong apa yang menjadi kebiasaannya, serta mengarahkan jiwa untuk selalu menentang hawa nafsunya setiap waktu.
Setelah memotong substansi penyebab timbulnya penyakit tersebut, bila ingin mengubah akhlaknya menjadi baik, ia harus mengubah berbagai pikiran tentang dirinya kemudian mempraktikkan akhlak yang baik secara bertahap sehingga menjadi kebiasaan. Akhlak yang baik dapat dicapai melalui riyadhah, yaitu berusaha melatihnya sejak dini sehingga akhirnya menjadi kebiasaan nya. Membiasakan diri dengan cara hidup yang sesuai dengan ajaran agama, bila dilaksanakan secara konsisten dan persisten akan mendatangkan kebiasaan sifat terpuji yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Jika seseorang telah menyadari dan mengetahui penyakit jiwa yang telah menimpa dirinya sehingga menimbulkan persaan menyesal, langkah berikutnya adalah menghilangkan dosa tersebut. Cara menghilangkan dosa dapat dilakukan dengan menghentikan maksiat., menyesal atas perbuatan yang telah dilakukannya, niaat sungguh-sungguh tidak melakukan perbuatan itu kembali. Apabila dosanya berhubungan dengan manusia, ia perlu menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan cara meminta maaf atau mengembalikan apa yang harus dikembalikan.
Menurut Malik Badri, pengakuan dosa awal dapat menjadi dasar penyembuhan melalui aplikasi teknik-teknik terapi tingkah laku. Begitu pentingnya aspek pertobatan, sehingga aspek kesadaran terhadap dosa ini tidak ada artinya tanpa tobat. Hal ini karena tidak adanya pendorong menuju arah penyembuhan penyakit jiwa hanya akan menambah dosa-dosa dan menambah beban ketidak tenangan jiwa.
Hal yang paling penting dari pertobatan yang mengangkut aspek psikologis manusia adalah keinginan manusia untuk tidak kembali pada perilaku yang telah dilakukannya. Dalam aspek  pertobatan tersebut terkandung berbagai aspek perubahan sikap yang terjadi pada kognitif, afektif yang mengarah pada aspek psikomotor. Hal ini sejalan dengan pendapat Zakiah Darajat yang mengatakan bahwa jika kita ingin mengubah mental seseorang, perlulah  terlebih dahulu kita pahami sikap mental orang itu dan selanjutnya kita usahakan supaya ia mengerti pula akan diri dan sikapnya. Setelah itu, barulah ia dibantu dalam usaha mencapai  kesehatan mentalnya.
Dalam mencapai kesehatan jiwa, metode mujahadah (kesungguhan) dan riyadhah (latihan jiwa) dapat diterpkan. Kedua metode ini bertujuan memperbaiki, menyempurnakan, dan memurnikan jiwa manusia. Mujahadah adalah kesungguhan perjuangan melawan tarikan hawa nafsu dibawah norma-norma syariat dan akal. Sebagai contoh ialah seseorang yang terbiasa makan secara berlebihan, sehingga ia selalu memakan apa saja yang ia kehendaki tanpa memperhatikan kesehatan lambungnya, mujahadah yang dilakukan adalah dengan  menahan sekuat mungkin agar ia makan secara wajar. Adapun riyadhah yang dilakuka adalah membiasakannya berpuasa untuk melatih menahan hawa nafsu makan secara berlebihan. Riyadhah mempunya pengertian pembebanan diri dengan membiasakan suatu perbuatan baik, yang pada fase awal merupakan beban yang sangat berat, namun pada fase akhir menjadi sebuah karakter atau kebiasaan.
Langkah pengobatan selanjutnya adalah menjauhi orang-orang yang bisa mendorong diri untuk berbuat maksiat, lalu memilih orang-orang shaleh sebagai teman, yang dapat meluruskan perjalanan hidup si pasien. Dengan demikian, setan tidak menemukan celah-celah kosong tempat menyusup, yang dapat mengingatkan kembali pada kenangan masa lalu.
Langkah penyembuhan terakhir, yaitu dengan menjalankan ajaran-ajaran agama yang telah ditinggalkannya, seperti shalay, zakat, puasa, dan amalan lainnya. Kemudian hidupnya dipenuhi dengan zikir kepada Allah SWT. Hal ini karena zikir merupakan penolong yang sangat penting bagi manusia untuk melakukan hubungan dengan penciptanya. Dengan hubungan ini, manusia akan selalu mempunyai rasa harap dalam kehidupan dan tidak putus asa dari rahmat-Nya, krena Dia memiliki pemberian dan ampunan yang sangat tulus.


BAB III
Kesimpulan
Tazkiyatun nafs merupakan proses penyucian jiwa , pengembalian jiwa pada fitrahnya, dan pengobatan jiwa-jiwa yang sakit agar menjadi sehat kembali, melalui terapi-terapi sufistik. Selanjutnya, di dalam kitab Bidayat Al-hidayah, Al-Ghozali mengatakan bahwa tazkiyatun nafs merupakan usaha menyucikan diri dari sifat memuji diri sendiri. dasar dari pemikiran tazkiyatun nafs berasal dari keyakinan para sufi bahwa jiwa manusia pada fitrahnya adalah suci. Bentuk-bentuk tazkiyatun : tazkiyatun nafs sebagai pembinaan akhlak manusia, tazkiyatun sebagai bentuk terapi jiwa.
Taubat secara etimologi berarti kembali, yaitu kembali dari berbuat dosa dan dari maksiat  menuju berbuat baik dan ketaatan, setelah adanya kesadaran akan bahayanya perpuatan dosa. Menurut Imam ghozali, taubat adalah pengertian yang tersusun dari tiga hal yaitu, ilmu, hal dan amal. Ilmu dalam hal ini adalah mengetahui besarnya bahaya dosa dan keberadaanya sebagai tabir penghalang antara hamba dan Yang dicintai.
Yang pertama kali dilakukan oleh penderita atau untuk menghindari penyakit psikosomatik adalah bagaimana seseorang mampu mengenali dirinya sendiri sebagai manusia, yakni menyadari dari mana dan akan kemana diri seorang manusia. Pada dasarnya, tingkah laku manusia dipengaruhi oleh pikiran. Sehingga seseorang harus menanamkan dalam dirinya bahwa penyakit mental dapat disembuhkan. Metode yang di gunakan : metode taat syari’at, metode pengembangan diri, metode kesufian.





DAFTAR PUSTAKA
Jaelani, A.F. 2001. Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) & Kesehatan Mental. Jakarta: Amzah.
Solihin, M. 2003. Tasawuf  Tematik Membedah Tema-tema Penting Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia.
Solihin, M. 2004. Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Prespektif Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia.


[1] Takhalli adalah upaya seseorang untuk menghilangkan sifat-sifat tercela dari dalam diri. Tahalli adalah bagaimana seseorang berupaya untuk membersihkan hati dengan akhlak-akhlak terpuji. Tajalli adalah tersingkapnya tabir antara hamba dengan Allah.
[2] M. Sholihin, Tasawuf Tematik (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), 130-131.
[3] M. Sholihin, Terapi Sufistik (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2004), 175.
[4] A. F. Jaelani. Penyucian Jiwa Dan Kesehatan Mental (Jakarta: Amzah, 2000), 56.
[5] M. Sholihin, Tasawuf Tematik, 188.

[7] QS. 91:9-10
[8] M. Sholihin, Terapi Sufistik….,140.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar